Sabtu, 28 April 2012

6 Tips Menggapai Istiqomah

Seorang sahabat kami tercinta, dulunya adalah orang yang menuntun kami untuk mengenal ajaran islam yang haq (yang benar). Awalnya, ia begitu gigih menjalankan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia pun selalu memberikan wejangan dan memberikan beberapa bacaan tentang Islam kepada kami. Namun beberapa tahun kemudian, kami melihatnya begitu berubah. Ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sebenarnya adalah suatu yang wajib bagi seorang pria, lambat laun menjadi pudar dari dirinya. Ajaran tersebut tertanggal satu demi satu. Dan setelah lepas dari dunia kampus, kabarnya pun sudah semakin tidak jelas. Kami hanya berdo’a semoga sahabat kami ini diberi petunjuk oleh Allah.

Berlatar belakang inilah, kami menyusun risalah ini. Dengan tujuan agar kaum muslimin yang telah mengenal agama Islam yang hanif ini dan telah mengenal lebih mendalam ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa mengetahui bagaimanakah kiat agar tetap istiqomah dalam beragama, mengikuti ajaran Nabi dan agar bisa tegar dalam beramal. Semoga bermanfaat.
Keutamaan Orang yang Bisa Terus Istiqomah
Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.[1] Inilah pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali.
Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)

Senin, 16 April 2012

Prinsip Komunikasi dalam Al-Quran

Qur’an mengatakan bahwa komunikasi adalah satu fitrah manusia atau kebutuhan manusia. Manusia menghabiskan 70 persen dari kehidupannya sehari-hari untuk berkomunikasi, baik dengan menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan Apabila kebutuhan ini tidak dicukupi maka kehidupan manusia terasa belum bermakna. Komunikasi sebagai kebutuhan manusia mengisyaratkan adanya kebutuhan manusia untuk dekat dengan manusia lainnya karena kedekatan tersebut dapat dicapai apabila ada komunikasi di dalamnya.
Komunikasi adalah proses penerimaan, penyampaian dan pemahaman dari satu individu kepada individu lainnya melalui simbol. Bentuknya simbol ini beragam mulai dari kalimat yang terucap sampai pada tindakan yang diperbuat. Tangisan seorang bayi kepada ibunya adalah komunikasi yang mengisyaratkan dirinya merasa tidak nyaman. Kemarahan seorang mengkomunikasikan bahwa dirinya berada dalam bahaya yang menyangkut keselamatan dirinya

PRINSIP KOMUNIKASI DALAM AL QUR’AN
Kita harus belajar pada Rasulullah dalam berkomunikasi. Apa yang dikatakan oleh Rasulullah memberikan dampak yang luar biasa pada anaknya. Orang yang mendengarnya akan tersentuh baik emosi maupun pikirannya. Ucapan beliau sanggup menggelorakan semangat, menyembuhkan hati yang gundah, merangsang penalaran, dan mencerahkan pikiran. Komunikasi yang dilakukan Rasulullah adalah komunikasi yang berlandaskan nilai di dalam Al Qur’an. Beberapa pelajaran mengenai komunikasi yang dapat ditarik dari Al Qur’an antara lain :