Senin, 23 Juni 2014

3+4 = 7

Berapa 3+4? Tentu 7! Dan tentu semua orang yang pernah sekolah mampu menjawabnya, ini kemampuan yang sangat mendasar yang dipelajari dalam logika Matematika.

Kebenaran itu adalah suatu hal yang dapat dibuktikan, sesuatu hal yang memiliki dasar. Bila dasarnya cukup kuat dan tidak dapat dibantah, maka dengan sendirinya kebenaran itu tidak dapat dibantah.

Namun, walau kita hidup di abad segala sesuatu yang serba teknologi ini, terkadang kita masih saja tidak bisa menjangkau suatu logika sederhana, yaitu menerima kebenaran. Seringkali kita malah menolak kebenaran, padahal telah jelas bukti dan dasarnya bagi kita.

Kebenaran tidak bisa ditolak, tapi kebenaran bisa dibuat relatif, salah satunya adalah dengan menyerang orang yang menyampaikan kebenaran padanya. Bahasa ilmiahnya ad hominem.

Misalnya,

Profesor : “Dari teori ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa 3+4 = 7”
Murid : “Berarti 3+4 pasti samadengan 7?”
Profesor : “Begitulah menurut hukum Matematika”
Murid : “Anda salah Prof, di dunia ini tidak ada yang pasti kecuali ketidakpastian itu sendiri, Anda saja bercerai, anak Anda saja menderita narkoba, lalu bagaimana Anda bisa memastikan 3+4 = 7?”

Orang bijak selalu mencari kebenaran baginya dalam sebuah nasihat, sementara orang yang pandir selalu menyalahkan orang yang menasihatinya. Padahal kebenaran tidak akan berubah sepandai apapun dia mengelak dan seburuk apapun celaannya pada penasihat. Nasihat yang benar tetap berharga siapapun yang menyampaikannya. Sebagaimana permata tetap berharga walau datang dari seorang penjahat.

Kebenaran juga bisa dikaburkan dengan mengalihkan pembahasan dari pembahasan yang sebenarnya

Sabtu, 07 Juni 2014

Siapakah Ahlullah itu ?


Orang-orang yang mendapatkan julukan sebagai “Ahlullah”, adalah mereka yang memiliki kedudukan istimewa disisi Allah dan Rasul-Nya, dimuliakan di antara penduduk langit dan bumi , di hamparkan segenap rahmat –Nya dari segala penjuru mata arah dan di abadikan namanya dalam pemeliharaan-Nya yang agung.

Para ahlullah adalah mereka yang berbakti dalam pengabdian kepada Allah dengan tanpa lelah dan lengah di atas bumi-Nya, mereka adalah pelita masa dan kehidupan yang membawa cahaya ilahiyah , cahaya abadi yang lebih terang dari purnama dan surya.

Mereka mengenal Allah dalam ma’rifatnya yang kudus, kemauannya keras dan tidak gentar sedikit pun manakala menengadahkan tangan untuk memohon kepada-Nya. sekalipun tangan sang Maha pengasih tidak segera memberikan apa yang diminta, tapi mereka tetap yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah tidak akan pernah surut bagi hamba-Nya yang mukmin , bahkan pertolongan-Nya akan datang secara berantai, kasih sayang dan pemberian-Nya akan tertuang tanpa batas dan akan segera turun sebelum lisan terkatup dari do’a.

Mereka merupakan pribadi yang tangguh dalam menjalani hidup , tidak mudah mengeluh terhadap keprihatinan dan kepahitan, apalagi merasa kecewa dan berputus asa dari rahmat Allah SWT hanya karena musibah demi musibah yang mereka terima. sebab mereka memiliki mutiara hidup dan harta paling berharga dari semua yang ada di bumi, yaitu “kekayaan hati”.

Lantas siapakah sesungguhnya “Ahlullah” itu?

Coba kita perhatikan hadist berikut ini :
Dari Anas ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :