Minggu, 03 April 2011

Khauf (Rasa Takut kepada Allah SWT)

Khauf (rasa takut kepada Allah) adalah cambuk Allah swt untuk menggiring hamba-hambaNya menuju ilmu dan amal agar mereka mendapatkan kedekatan dengan Allah swt. Khauf inilah yang mencegah diri dari perbuatan maksiat dan mengikatnya dengan bentuk-bentuk ketaatan.

Rasa takut kepada Allah SWT yang tertanam dalam diri setiap hamba adalah benih dari perjalanan sebuah proses keimanan, dimana pokok-pokok ibadah telah dijalankan dengan baik dan sempurna. Ada tiga pokok ibadah yang tidak boleh lepas apalagi ditinggalkan oleh manusia dalam pengabdiannya kepada Sang khalik. Hati selalu berzikir, lidah menyampaikan nasihat dan kebenaran dan tubuh sebagai pelaksana dari amal-amal shalih untuk mencapai keridhaan dan menghadirkan cinta-Nya.

Kekurangan Khauf akan mengakibatkan kealpaan dan keberanian untuk berbuat dosa. Sebaliknya terlalu berlebihan dalam Khauf akan menyebabkan putus asa-putus harapan.

Khauf kepada Allah swt bisa lahir dari ma'rifah kepada Allah swt dan ma'rifah kepada sifat-sifatNya. Khauf bisa juga lahir dari perasan banyaknya dosa yang telah diperbuat oleh seorang hamba. Juga terkadang Khauf lahir dari keduanya.

Imam As-Sya'biy pernah diseru "Hai 'alim (orang yang berilmu)!", beliau berkata, "Sesungguhnya yang ‘alim itu hanyalah yang takut kepada Allah. Hal itu karena Allah berfirman,"Hanya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya adalah para ulama". (QS : Fathir : 28)

Orang yang takut kepada Allah swt bukanlah hanya orang yang menangis dan bercucuran air matanya. Tetapi ia adalah orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan yang ia khawatirkan hukumannya.

Imam Dzun Nun al-Mishriy pernah ditanya, "Kapankah seorang hamba itu takut kepada Allah?" Ia menjawab, "Jika ia mendudukkan dirinya sebagai orang sakit yang menahan diri(dari berbagai hal ) khawatir jika sakitnya berkepanjangan."
Imam Abul Qasim al-Hakim bertutur, "Siapa yang takut terhadap sesuatu ia akan lari darinya. Tetapi siapa yang takut kepada Allah ia justru lari untuk mendekatinya."
Imam Fudlail bin 'Iyadl berujar,"Jika kamu ditanya, 'Apakah kamu takut kepada Allah?', maka diamlah, jangan menjawab! Sebab jika kamu jawab 'ya', kamu telah berdusta. Sedangkan jika kamu jawab 'tidak', maka kamu telah kafir!!!"

Khauf akan membakar syahwat yang diharamkan, sehingga kemaksiatan yang dulu disukai menjadi di benci. Seperti madu, orang yang suka pun menjadi tidak suka jika tahu madu itu mengandung racun. Syahwat terbakar oleh khauf. Anggota badan pun jadi beradab. 

Dan hati pun diliputi rasa khusyu' dan tenang, jauh dari kesombongan, iri, dan dengki. Bahkan ia mampu menguasai segala kegundahan dan tahu bahayanya. Maka ia tidak pernah pindah kepada selainNya. Tiada lagi kesibukannya selain usaha mendekatkan diri , muhasabah, mujahadah, dan memperhitungkan setiap desah nafas dan waktunya.

Ia selalu waspada terhadap segala pikiran, langkah, dan kalimat yang keluar dari dirinya. Keadaannya seperti dalam cengkeraman binatang buas. Ia tidak tahu apakah binatang itu lengah sehingga ia bisa melepaskan diri, atau sebaliknya ia justru menerkamnya maka hancurlah ia. Lahir dan batinnya disibukkan oleh sesuatu yang ia takutkan, tidak ada tempat bagi yang lain disana. Beginilah keadaan orang yang diliputi khauf

Keutamaan Khauf

Allah swt menyediakan petunjuk, rahmat, ilmu, dan keridhoan bagi hamba yang khauf kepadaNya. 
Allah berfirman (yang artinya), "Petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Rabb mereka (QS. Al-A'raf : 156)
Allah berfirman (yang artinya): "Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepadaNya. Demikian itu bagi siapa saja yang takut kepada RabbNya (QS. Al-Bayyinah:8)
Allah memerintahkan khauf , dan menjadikannya syarat iman. Dalam firman-Nya "Dan takutlah kalian kepadaKu, jika kalian benar-benar beriman.! (QS. Ali Imran: 175).


Imam Yahya bin Mu'adz berkata, "Jika seorang mukmin melakukan suatu kemaksiatan, ia pasti menindaklanjutinya dengan salah satu dari dua hal yang akan menghantarkannya ke surga; takut akan siksa dan harapan akan ampunan."
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:

Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya; Orang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid; Dua orang yang saling mencintai kerena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah kerena Allah; Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan yang cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada Allah!”; Orang yang memberi sedekah tetapi dia merahsiakannya seolah-olah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya; dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya.
Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw, tentang perkara yang diriwayatkan beliau dari Tuhannya. Allah berfirman:

Demi kemulian-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan bemberikannya rasa aman di Hari Kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya di Hari Kiamat. [HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya].


Imam Tirmidziy meriwayatkan, Sayyidah 'Aisyah berkata," Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini, apakah yang dimaksud disini orang-orang yang minum arak, berzina dan mencuri?" Rasulullah saw menjawab, "Bukan begitu, wahai putri as-Shiddiq. Tetapi mereka orang-orang yang berpuasa, sholat, dan bersedekah. Mereka takut jika amalannya tidak diterima. Merekalah yang bersegera dalam kebaikan."

Imam Abdullah bin as-Syikhir meriwayatkan bahwa Rasulullah saw jika memulai sholat terdengarlah dari dada beliau gemuruh seperti suara air yang mendidih dalam bejana. Siapapun yang mencermati kehidupan para sahabat dan para salafus-sholih pasti akan mendapati betapa mereka berada di puncak khauf. Adapun kita benar-benar lalai, alpa, dan merasa aman dari adzab.

Sayyiduna Abu Bakr as-Shiddiq berkata, "Duhai, seandainya aku adalah sehelai rambut yang tumbuh di tubuh seorang mukmin." Adalah beliau bila berdiri sholat, tak ubahnya seperti sebatang kayu (tidak bergerak) karena takut kepada Allah swt.

Sayyiduna Umar bin Khatthab pernah membaca surat at-Thuur. Ketika sampai pada ayat:"Sungguh, adzab Rabbmu pasti benar-benar terjadi”. (QS Ath-Thuur : 7) Beliau menangis dan semakin menghebat tangis beliau sampai beliau sakit, dan orang-orang pun menjenguk beliau.

Beliau pernah jatuh pingsan karena takut kepada Allah ketika mendengar bacaan suatu ayat al-Quran. Pada suatu hari dia mengambil sebatang jerami kemudian berkata, "Aduhai, alangkah baiknya jika aku menjadi jerami dan tidak menjadi sesuatu yang disebut. Aduhai, alangkah baiknya jika dulu ibuku tidak melahirkanku." 
Beliau menangis terisak-isak sehingga air mata membasahi pipinya. Itulah yang menyebabkan ada garis bekas tetesan air mata pada wajah khalifah kedua tersebut.
Kepadanya Sahabat Abdullah bin 'Abbas pernah berkata, " Allah telah meramaikan berbagai kota dan membukakan berbagai negeri dengan tanganmu." Mendengar itu Sayyiduna Umar berkata, "Aku ingin kalau bisa meninggalkan dunia ini tanpa pahala dan tanpa dosa."

Suatu pagi, seusai melaksanakan sholat shubuh, dengan berwajah susah dan membolak-balikkan telapak tangannya, Sayyiduna 'Ali bin Abu Thalib berkata, "Sungguh aku pernah melihat para sahabat Nabi. Pada hari ini aku tidak melihat sesuatu pun yang nenyerupai mereka. Di pagi hari mereka nampak kusut, pucat dan berdebu. Diantara dua mata mereka seperti ada lutut kambing. Mereka menghabiskan malam dengan bersujud dan berdiri membaca ayat-ayat Allah swt. Gerakan mereka hanyalah antara kening dan kaki. Bila pagi tiba mereka pun berdzikir kepada Allah swt, bergemuruh seperti pepohonan tertiup angin yang kencang. Mata mereka bercucuran air mata sampai pakaian mereka basah karenanya. Demi Allah hari-hari ini sepertinya aku menghabiskan malam bersama kaum ini dalam keadaan lalai." Lantas beliau berdiri dan sejak itu beliau tidak pernah terlihat tertawa sampai dibunuh oleh Ibnu Muljam. 

Imam Musa bin Mas'ud berkisah, "Ketika kami duduk dengan Imam Sufyan ats-Tsauriy, seakan-akan neraka ada di sekitar kami. Yang demikian itu karena kami melihat beapa takut dan khawatirnya ia".

Seseorang menggambarkan keadaan Imam Hasan al-Bashriy,
 "jika ia datang, seakan-akan ia datang dari menguburkan teman karibnya. Jika ia duduk, seakan-akan ia adalah seorang tawanan yang akan dipenggal lehernya. Jika berbicara tentang neraka, seakan-akan neraka itu hanya diciptakan untuknya".

Imam Zurarah bin Abu Aufa pernah mengimami orang-orang sholat shubuh. Beliau membaca surat al-Muddatstsir. Ketika sampai pada ayat :" apabila sangkakala telah ditiup. Hari itulah hari yang teramat susah. (QS. Al-Muddatstsir :8-9) Beliau terisak-isak dan lalu meninggal dunia. 

Sahabat Abdullah bin Amr bin 'Ash bertutur, "Menangislah! Jika tidak bisa maka usahakan untuk menangis. Demi Allah, jika salah seorang di antara kalian benar-benar mengerti, pastilah ia akan berteriak sekeras-kerasnya sampai hilang suaranya, dan akan sholat sampai patah tulang punggungnya".

7 Indikasi Orang Yang Takut kepada Allah

Orang mukmin yang sejati ialah orang yang takut kepada Allah swt. dengan seluruh organ dan anggota tubuhnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Abu Laits, bahwa takut kepada Allah dapat dilihat indikasinya dalam tujuh hal berikut ini:

1. Lidahnya: Orang yang takut kepada Allah swt., selalu berusaha mencegah lidahnya dari berbohong, menggunjing, mengadu domba, membuat dan mengobral perkataan yang tidak berguna. Ia akan menjadikan lidahnya sibuk untuk selalu dzikir kepada Allah swt., membaca Al-Qur'an, berdiskusi dan mengkaji ilmu.

2. Hatinya: Orang yang takut kepada Allah swt., akan selalu mengeluarkan rasa permusuhan, kebohongan, dan kedengkian dari dalam hatinya karena kedengkian itu dapat merusak kebaikan.

3. Penglihatannya: Orang yang takut kepada Allah swt., tidak akan melihat pada yang haram, baik mengenai makanan, minuman, pakaian dan lain sebagainya. Dia tidak memandang dunia dengan nafsu ambisi dan keinginannya, tetapi dia memandangnya untuk mengambil pelajaran dan ibrah. Dia tidak memandang pada sesuatu yang tidak halal dilihat olehnya.

4. Perutnya: Orang yang takut kepada Allah swt., tidak akan memasukkan makanan yang haram ke dalam perutnya, karena yang demikian itu adalah dosa yang besar.

5. Tangannya: Orang yang takut kepada Allah swt., tidak mau menerima sesuatu yang haram, tetapi selalu berusaha untuk menggapai dan meraih yang mengandung unsur ketaatan dan dapat mendekatkan diri kepada Allah swt.

6. Kedua Kakinya: Orang yang takut kepada Allah swt., tidak akan melangkahkan kakinya untuk berjalan dalam kemaksiatan kepada Allah swt. Tetapi kakinya digunakan berjalan dalam ketaatan kepada Allah swt., untuk mencari keridhaan-Nya, untuk berjalan ke arah kebaikan, bergaul bersama ulama dan orang-orang yang shaleh.

7. Ketaatannya: Orang yang takut kepada Allah swt., selalu mengorientasikan segala aktivitas ketaatan dan keshalehannya hanya untuk mencari keridhaan Allah swt., menjauhi sifat riya' dan kemunafikan.

1 komentar: