Sabtu, 27 April 2013

Yang Berjalan Dan Yang Kembali 1 of 40


HIDUP ADALAH PERJALANAN…


Hidup adalah sebuah perjalanan tiada henti yang mau tidak mau harus kita lalui. Dari tiada, kita lalu ada, dan kemudian kita kembali tiada. 


Kita kecil, besar, dewasa, tua, lalu mati. Kita tidak bisa menahan ketuaan kita. Dalam setiap langkah perjalanan kita itu selalu ada dua rasa yang berbeda yang datang silih berganti yang mengisi rongga dada kita. Kadangkala kita merasakan rasa SUKACITA yang menguasai kita, dan adakalanya pula kita merasakan rasa DUKACITA yang mewarnai setiap langkah yang kita lalui.


Kedua rasa itu, sukacita dan dukacita, berganti-ganti memenuhi rongga dada kita. Sehingga kitapun berasa terbolak balik. Ronga dada kita (SUDUR) yang dapat menangkap keadaan yang bisa berubah-ubah itu disebut QALB (HATI).

Kalau rongga dada kita sudah tidak bisa lagi berubah dari DUKACITA menjadi sukacita, maka rongga dada kita itu disebut sebagai QALB yang sudah mati, hati yang keras membatu, hati yang gelap, hati yang buta dan tuli. Rongga dada yang seperti ini akan SULIT menerima pengajaran-pengajaran dari Allah berupa ILHAM tentang KETAQWAAN.


Biasanya hanya menerima ILHAM tentang KEFUJURAN yang akan membuat suasana di rongga dada kita semakin gelap dan mati. Inilah kesesatan atau kesalahan kita dalam memilih jalan yang sangat nyata kata Allah didalam surat Az Zumar ayat 22.

Sebaliknya, kalau rongga dada kita itu selalu diisi oleh keadaan SUKACITA yang dari waktu ke waktu selalu bertambah kuat, maka rongga dada kita itu disebut QALB yang sudah diberi CAHAYA, sehingga rongga dada itu menjadi hidup, lunak (talinu), lembut, sehingga sangat mudah untuk menerima pengajaran-pengajaran dari Allah berupa ILHAM tentang KETAQWAAN.


Dada yang mudah sekali diresapi oleh suasana atau rasa IMAN, KHUSYU, SABAR, IKHLAS, IHSAN, ZUHUD, WARA, TAWAKKAL, RIDHA, SYUKUR, dan lain-lain sebagainya. Suasana atau rasa yang dari dulu dan sampai kapanpun juga sama keadaannya. Inilah yang disebut sebagai AYAT-AYAT ALLAH yang nyata dan berulang-ulang disampaikan kedalam dada kita.

Rasa dan suasana yang sudah berulangkali diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang terdahulu, dan juga kepada kita. Keadaan dada yang seperti ini diindikasikan oleh Allah di dalam surat Az Zumar ayat 23.

Semenjak kita baligh (dewasa) yang berlanjut sampai kita tua dan mati, sepertinya kita lebih banyak menjalani berbagai peristiwa kehidupan yang menimbulkan rasa DUKACITA yang dalam di rongga dada kita. Paling tidak ada 6 rasa DUKACITA yang selalu menghiasi jalan hidup kita:


1. Rasa TAKUT yang kadangkala seperti tanpa alasan yang jelas.

2. Rasa SAKIT dalam waktu tertentu atau rasa sakit yang berkepanjangan.

3. Rasa MISKIN yang berkepanjangan.

4. Rasa DILECEHKAN oleh orang lain.

5. Rasa SEDIH yang muncul terus menerus.

6. Rasa TERSIKSA yang sangat pedih tiap sebentar.

Oleh sebab itu, kita ingin selalu berjalan kemana-mana, minta tolong kesana-kemari, berusaha sekuat tenaga, agar kita bisa mendapatkan 6 rasa SUKACITA berikut ini selama kita menjalani kehidupan kita, yaitu:

1. Rasa AMAN.

2. Rasa SEHAT.

3. Rasa KAYA

4. Rasa DIHORMATI orang lain.

5. Rasa BAHAGIA

6. Rasa SYURGA yang tanpa siksa dan tanpa kepedihan lagi.
Inilah yang disebut sebagai perjalanan abadi kita. Yaitu perjalanan dari kecil, besar, tua, lalu mati yang tidak bisa kita tahan dan hentikan sedikitpun. Dan selama dalam perjalanan kita itu, kita berusaha pula mendapatkan rasa SUKACITA yang tiada henti-hentinya.
Karena kita seperti ingat-ingat lupa bahwa kita pernah mengalami keadaan SUKACITA yang amat sangat itu di suatu saat dulu, saat kita berhadapan dengan Allah SWT. Kita ingin mendapatkan suasana itu kembali. Sehingga kitapun ingin berjalan dan berjalan selama hidup kita untuk bisa kembali mendapatkan dan menikmati suasana seperti dulu itu di saat sekarang ini. Setiap saat malah…


Bersambung



Kamis, 11 April 2013

Mengendalikan Diri (Part 2 - tamat)

Maka kendalikanlah kelima asisten yang ada di dalam diri Anda secara proporsional. Gunakan seperlunya secara seimbang. 

Dengan demikian, mulai hari ini jangan katakan “kesulitan ini membuat saya bersedih” , tapi katakanlah “saya merasa sedih karena saya menggunakan “perasaan” secara berlebihan, tapi jika saya menggunakan “keimanan” maka kesulitan ini sedang membersihkan dosa-dosa saya, saya bersyukur sekali”.

So, yang sedih itu bukan Anda tapi perasaan Anda. Maka jangan pedulikan perasaan Anda jika Anda anggap bahwa kesedihan Anda tidak membuat Anda menjadi lebih baik dan lebih dekat kepada Allah. Jika Anda senang, maka janganlah terlalu senang. 

Sebab jika anda terlalu senang maka Anda bisa menutup jalan menuju keimanan. Segeralah turunkan intesitas kesenangan Anda, lalu ubahlah menjadi rasa syukur dengan menggunakan alat keimanan. Sehingga selaras dan seimbanglah antara keselarasan dan keseimbangan. 

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri ” (QS. Al Hadid: 22-23) 

Wallahu a’lam 
Admin S3 Cahaya-semesta.com