Sabtu, 31 Agustus 2013

Integritas Adalah...

Apa yang ada di benak Anda mengenai Integritas...
Hampir di semua perusahaan atau organisasi, dengan bidang bisnis apapun, selalu ada satu nilai di dalam organisasi yang menjadi acuan dalam bekerja, yaitu INTEGRITAS.
Bahkan Warren Buffet pun pada saat ditanya “Bagaimanakah Bapak memilih dan menentukan orang-orang yang menjadi pegawai Bapak?” menyebutkan ada 3 kualifikasi yang harus dipenuhi oleh mereka, yaitu memiliki Integritas,Kecerdasan dan Tingkat Energi yang tinggi.

Namun, apabila kualifikasi yang nomor satu tidak dimiliki oleh mereka, maka 2 kualifikasi yang lainnya tidak akan bermanfaat. Jadi, kuncinya adalah orang yang berintegritas.
"Integrity" atau integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan  nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan  kebenaran dari tindakan seseorang.

Lawan dari integritas adalah "hipocrisy" (hipokrit atau munafik).  Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya (Wikipedia).
#integritas : mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran;
*nasional* wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dl kehidupan bernegara (artikata.com)


Berikut tips agar struktur integritas karakter kita selalu bertumbuh dan berkembang, maka harus mengenali juga dengan baik karakter seperti apa yang harus dipelihara dan dikembangkan agar bisa bertumbuh dengan lebih baik.

Menurut Dr. Henry Cloud ada 6 (enam) dimensi integritas karakter yang sangat penting untuk dapat mencapai keberhasilan atau kesuksesan yang hakiki, yaitu:

1. Membangun rasa percaya
Membangun rasa percaya ini tidak cukup hanya kita membina hubungan dengan memberikan perhatian dan berbuat baik, tetapi juga bisa menunjukkan empati dan terlibat secara aktif dalam hubungan tersebut. Selain itu juga membangun kepercayaan tersebut juga dilakukan dengan memberikan bantuan dengan sikap mendukung dan bukan menentang atau menunjukkan penolakan. Dan dalam membangun kepercayaan ini dibutuhkan juga aspek kekuatan, karena kita tidak mungkin menyandarkan kepercayaan kita kepada orang-orang yang memiliki sifat pengecut, tidak kompeten dan pembohong/penipu, jadi harus ada rasa KEBUTUHAN untuk bisa membangun kepercayaan.


2. Berorientasi pada kebenaran
Seperti yang kita pahami sebelumnya, apabila kita berdiskusi tentang integritas maka konteks yang muncul adalah kejujuran dan etika, karena kedua karakter ini adalah aspek dasar dari integritas, karena tanpa keduanya maka tidak ada hal yang lainnya. Sebelum kita melangkah masuk pada jalur yang bernama kebohongan yang harus kita ingat adalah konsekuensi dari suatu kebenaran akan lebih kecil daripada konsekuensi dari sebuah kebohongan.


3. Memperoleh hasil
Kemampuan bekerja dengan cara yang menghasilkan dan dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar, dimana disini mengarah pada pencapaian sasaran atau misi.


4. Merangkul yang negatif
Kemampuan merangkul, terlibat, dan menghadapi hal-hal yang negatif yang mengarah pada kemampuan menyelesaikan masalah atau perubahan pada kondisi yang menimbulkan atau berpotensi menimbulkan masalah.


5. Berorientasi pada peningkatan
Kemampuan untuk berorientasi pada pertumbuhan yang mengarah pada peningkatan diri secara pribadi


6. Berorientasi pada hal-hal transenden
Kemampuan untuk menjadi transenden yang mengarah pada perluasan gambaran yang lebih besar dan diri sendiri.


Intinya adalah kejujuran dan satunya kata dengan perbuatan.
Gagasannya adalah, orang yang tidak punya integritas akan hidup dengan penuh kegelisahan. Bukan saja kebohongan menimbulkan ketidaktenangan, Rasulullah Saw menyatakan bahwa :


”kebaikan adalah apa-apa yang jika kamu lakukan, hatimu tenang (damai), sedang kejahatan adalah apa-apa yang jika kamu lakukan, hatimu gelisah" [HR. Ahmad]
Artinya, sesungguhnya integritas identik dengan kebaikan dalam arti luas. Orang yang tidak mempunyai integritas akan mengembangkan keperibadian yang terpecah ("split personality"). 

Orang yang memiliki integritas  tinggi (berakhlak) adalah orang yang hidup sebagai manusia yang utuh dan penuh. Dan hanya manusia yang utuh yang bisa hidup dalam keseimbangan dan kestabilan, dalam ketenteraman dan kebahagiaan.

Sumber :
1. http://m.artikata.com/arti-330870-integritas.html
2. http://juliefisipuns.blogspot.com/2011/05/tentang-integritas.html?m=1
3. http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/80-integritaskuncimenujukesuksesan
4. http://mizan.com/kolom-haidar-bagir/hidup-bahagia-dengan-integritas.html
5. http://almanhaj.or.id/content/3407/slash/0/kebaikan-dan-dosa/

Hukum Pengamatan

Prolog TSH (part 1)

Salah satu yang اِنْ شَآءَ اللّهُ akan di bahas pada TSH adalah : The Law of Observation atau Hukum Pengamatan

Jika Anda mengamati Mawar, maka amatilah bunganya lebih sering dibandingkan durinya. Apa yang Anda amati akan menjadi apa yang Anda rasakan. Apa yang Anda rasakan bisa menjadi kenyataan.

Amati bunganya : maka terasa indah, harum, asyik, memesona, menawan

Amati durinya : maka terasa tajam, sakit, tertusuk, berdarah, luka, infeksi, amputasi, patah hati, mati

So, berHati-hatilah atas apa yang Anda amati. Lengkapnya ikuti TSH.

Terimakasih

Menemukan identitas

Batin yang gelisah selalu "mencari" kesana kemari untuk dapat berbahagia. Mencari titik titik identitasnya yang terserak di semesta.

Ia pergi ke puncak gunung untuk menemukan identitas pemandangan yang indah, padahal pemandangan hanyalah pemandangan. Apakah identitasnya sama dengan pemandangan?
Ia pergi ke wahana wisata untuk menghadirkan berbagai kebahagiaan. Tapi batinnya tetap letih, sebab berbeda antara keinginan pikiran dan kebutuhan sang batin.

Ia pun pergi ke luar negeri untuk menemukan identitas dirinya yang mungkin saja terserak di negeri cina, itali, mesir, spanyol atau amerika. Ia pun semakin jauh dari batinnya.

Ia puaskan dirinya untuk berbisnis mencari uang dan uang, dan semakin banyak uang terkumpul, semakin sulit pula identitas batin bersua dengannya.

Oh batin, dimanakah identitasmu?
Lelah batinnya, karena fisik terus mencari ke luar, sehingga semakin terseraklah sang batin.
Nonton acara lawak, vcd, bioskop, lagu dan musik, berita televisi, baca buku-buku, koran, tabloid, majalah, kelas motivasi, wayang, travelling, gonta-ganti pasangan, ikutan komunitas, bisnis, pengajian ke mana-mana, games, BB-an, FB-an, Androidan, tiduran, semedi, dan lain sebagainya... Dan identitasnya pun semakin tak jelas walaupun pikirannya sudah mereka-reka...
Siapa saya? Untuk apa saya hidup? Siapa Tuhan saya? Mau kemana saya?
Kalaulah itu semua sudah terjawab lalu "kenapa saya mudah gelisah, mudah khawatir, dan mudah tersinggung?"
Sahabatku, Kenapa aku ini ada? Inilah pertanyaan dasar yang harus aku temukan jawabannya. Kalau aku tak mampu menjawab pertanyaan ini maka kegundahan selalu bersamaku.

Tak mungkin aku ini ada karena kebetulan atau ketidaksengajaan. Sebab kalau aku ini ada karena kebetulan maka dunia ini adalah hasil kumpulan kebetulan. Dan itu mustahil.

Bila dunia adalah kumpulan kebetulan, niscaya terjadi ketidakseimbangan yang besar. Niscaya sejak dahulu dunia sudah hancur.

Artinya, aku ada karena sudah direncanakan, by design, not by accident. Ada yang merencanakan agar aku ada di dunia ini. Ada yang mengadakanku, ada yang menciptakanku.

Aku pun mulai sadar, bahwa gundah hadir karena aku menjauh dari rencana yang mengadakanku, Sang Penciptaku. Karena aku adalah CIPTAAN, dan bukan PENCIPTA

Aku mulai tenang, tugasku jalani saja hidup sesuai kehendak Pencipta dan Pengaturku. Kalau aku keluar dari kehendak-Nya, pasti galaulah aku, binasalah aku.
Tapi... Mau KEMANA aku? Ah, mana ku tahu, yang ku tahu "sekarang" aku masih di "sini".
Apa maksud di "sini"? Apakah ada yang bernama di "sana"? Bukankah setelah aku bergerak ke sana, ternyata di "sana" pun menjadi di "sini". Berarti hakikatnya di sana ya di sini. Padahal "sini" menjadi eksis karena hadirnya "sana".

Lha, kalau "sana" ternyata "sini" berarati "sana" itu gak ada. Kalau "sana" gak ada, berarti untuk apa ada "sini"? Jangan-jangan "sini" pun gak ada.

Oh dimana identitasku?
Lalu, apa itu "sekarang"? Yang jelas yang bukan "sekarang" adalah "dahulu" dan "nanti". Tapi, "Dahulu" hanyalah "sekarang di waktu lalu". Dan "Nanti" adalah "sekarang di waktu yang akan datang".

Lalu kapan sesungguhnya WAKTU terjadinya "sekarang"? Berapa lama "sekarang" itu? 1 detik, sepersepuluh detik, seperseratus detik, atau sepertakhingga detik? Hai "sekarang", dimana kamu berada? Dimanaaaaa...?
Cling, kalau sekarang subuh maka nanti adalah zuhur. Tapi di saat nanti, maka zuhur menjadi sekarang dan subuh menjadi dahulu. Hei, sebentar, bukankah "nanti"nya zuhur adalah ashar, "nanti"nya ashar adalah maghrib, "nanti"nya maghrib adalah isya, dan "nanti"nya isya adalah subuh?
Jleb, KEMBALI ke subuh ya. Lalu kemana "sekarang"? "Sekarang" terlalu cepat bergerak, sangat cepat, saking cepatnya maka "sekarang" menjadi "tak terlihat", "tak terdeteksi", "lenyap". Jangan-jangan "sekarang" memang tak pernah ada, atau "Sekarang" dan "di sini" hanyalah eksis "sangat sementara"... Oh ini semua benar-benar PERMAINAN yang MENIPU.. tapi aku gak boleh tertipu.
Dan Kesadaranku pun berbisik "Hai Zain, bukan SEKARANG identitasmu, melainkan KEMBALI..."

Yup, KEMBaLI, itulah salah satu identitasku. Pantas saja kemarin banyak yang MUDIK atau PULANG KAMPUNG, karena mereka hendak kembali ke tanah kelahiran mereka. Dan pulang kampung yang sesungguhnya adalah pulang ke kampung akhirat. Apa? Akhirat? AKHIR?
"Kembali ke AKHIR?" Apa maksudnya? Bukankah kalau kembali itu biasanya ke AWAL? Jangan-jangan AWAL itu AKHIR...
Kalau demikian, berarti pertanyaan "KEMANA aku" memiliki jawaban yang sama dengan "DARIMANA aku"? Oh, I see, "darimana aku" dan "kemana aku" dikarenakan "kembali" pastinya ya ke situ-situ juga... Awal adalah Akhir, Akhir adalah Awal, My Start is My Finish... Subhaanallaah..

Pantas Tuhanku senang sekali kepada hamba-hamba-Nya yang berTAUBAT, bukankah TAUBAT itu artinya KEMBALI?

Sebuah perjalanan dari titik awal KEMBALI lagi ke titik awal. Sebab akhir adalah awal.

Titik pertemuan ini disebut TITIK NOL. Why? Sebab ia adalah sebuah titik yang bergerak pada orbitnya membentuk putaran seperti angka NOL.
Yup, Bulan berputar mengelilingi bumi, putarannya membentuk angka NOL. Muslimin yang Thawaf pun berputar membentuk angka NOL.
So, apakah Identitasku KEMBALI menjadi NOL?

Oh aku ini NOL. Hanya hamba-NYA (ABDULLAH) yang bertugas memarketingkan-NYA ke semesta (KHALIFAH).

Itulah tugas angka NOL, menggelinding ke sana kemari bersama intruksi-NYA, menyembah-NYA, menebarkan asma-NYA ke semesta.

Kalau aku berusaha menjadi angka 1,2, atau sejuta, maka akulah pengejar pahala yang lupa menyembah-NYA, lalu ku bangga dengan pahala-pahalaku.

Kalau aku menjadi -1, -2, atau minus sejuta, maka akulah pelaku dosa, dan enggan bertaubat atas dosaku.

Ya اَللّه, aku sadar bahwa NOL adalah identitasku. Maafkan aku yang masih lupa MENGEMBALIkan berbagai pujian kepada-MU, lupa MENGEMBALIkan berbagai musibah untuk mengingat-MU, dan lupa MENGEMBALIkan berbagai dosa-dosaku pada-MU melalui istighfar dan taubatku.

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ وَلَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمَ

Jiwaku tenang bila aku tak melekat dengan pahala-pahalaku, tak melekat dengan dosa-dosaku, tak melekat dengan musibah-musibahku, tak melekat dengan kelebihan atau kekuranganku, kecuali hanya melekat pada-MU.
Ya اَللّه, mudahkan aku dan siapapun yang membaca tulisan ini kembali menjadi NOL.

Tak melekat dengan apapun kecuali dengan-Mu. Sehingga tenang jiwa kami, dan rindulah kami atas panggilan-Mu :

"Hai Jiwa yang TENANG, datanglah kepada RABB-mu dalam keadaan ridho lagi diridhoi.... "

Wallahu a'lam T A M A T
Kang Zain Awareness Trigger 2a0816be Penulis Buku "The Zero", Hidup Penuh Keajaiban Tanpa Menuhankan Keajaiban

Silakan dishare, dan temukan identitasmu.

Senin, 26 Agustus 2013

Apapun Masalahnya

Apapun masalahnya, yang terpenting adalah bagaimana caramu menghadapinya.

Apapun masalahnya, jangan salahkan siapapun atas masalahmu, sebab menyalahkan hanya menjauhkanmu dari solusi.

Apapun masalahnya, janganlah kau keluhkan kepada semesta, karena mengeluh itu hanya memperbesar permasalahanmu.

Apapun masalahnya, mari terima dahulu kehadirannya sebelum engkau berusaha melepaskannya. Sebab engkau takkan mudah melepaskan sesuatu yang belum kau terima.

Apapun masalahnya, akuilah bahwa masalah-masalah itu adalah akibat dosa-dosamu yang disadari atau dilupai.

Apapun masalahnya, maafkanlah masalahmu itu, maafkan orang-orang yang kau anggap biang keladinya, dan maafkanlah dirimu yang sempat kesal karena masalah-masalahmu.

Apapun masalahnya, minta ampunlah atas dosa-dosamu, ayo jangan sombong, beristighfarlah selembut hati terlembutmu.

Apapun masalahnya, biasanya tujuannya hanya dua : 1. membuatmu semakin kuat, dan 2. membersihkan dosa-dosamu. So, bersyukurlah atas masalahmu.

Apapun masalahnya, yang penting adalah apakah dengan hadirnya masalah itu membuatmu semakin jauh dari Allah, atau justru semakin mendekatkanmu kepada-Nya.

Apapun masalahnya, apa ya masalahnya?

Wallahu a'lam

Kang Zain
Awareness Trigger
Pin BB 2a0816be
www.cahaya-semesta.com

Sabtu, 24 Agustus 2013

Menikmati Hidup

Terdengar gemercik air...
burung berkicau...
tempat yang hijau...
disepertiga bangku panjang aku memperhatikan semua ini..
seorang seniman duduk pada bangku bersama serulingnya, begitu santai... begitu syahdu dgn lantunan serulingnya.. terlihat sangat asyik menikmati hidupnya
sang mentari mulai tersenyum memberikan sinarnya... hangat terasa
disekeliling terdapat pohon yang besar lagi rindang...
pandangan mata tertuju pada rumah-rumah merpati, asyik mereka keluar masuk bersama keluarganya...
terbang dari satu dahan ke dahan berikutnya...
saat orang - orang mulai lalu lalang dengan kesibukkannya masing-masing aktifitas olah raganya
akupun mulai beranjak dari tempat duduku...
dalam hati berdecak kagum,
lirih terdengar, Subhanallah, indahnya pagi ini...
Tidak ada satupun hal yang Allah ciptakan sia-sia.
Jakarta, Sabtu pagi 24 Agustus pukul 06.07 - 07.06
Nas

Sabtu, 17 Agustus 2013

Motivasi Kemerdekaan

Merdeka itu...

M : Manfaatkan Dunia untuk Akhirat

E : Efektifkan waktu sebaik mungkin

R : Ridho Allah motivasi utama

D : Dengan Iman, Ilmu dan amal sholeh kita arungi hidup ini

E : Esok lebih baik dari hari ini

K : Kenali kekurangan & kelebihanmu

A : Allah Sebaik-baik Penolong dan pelindung

MERDEKA !!!
Nas

Rabu, 14 Agustus 2013

Ketika CINTA hadir, apa yang harus aku lakukan ....

Ketika cinta itu hadir tiba-tiba, sungguh tak terbendung, hanya akibat berbicara beberapa tutur kata saja... dan engkau pun merenung, "Ya Allah, apakah ini yang dinamakan cinta? Dan apakah cinta ini Engkau hadirkan ke dalam diriku sebagai ujian ataukah peluang?"


Sugesti terbaik seperti apa yang bisa aku lakukan?

Cinta itu unik, ia hadir seringkali bukan untukmu, melainkan engkau hanyalah perantara, sebagai penebar cinta itu. Semakin dalam cinta itu menusuk dan menghujam ke hati mu, berarti semakin banyak cinta yang dapat kau tebar ke semesta. Dan artinya semakin besar pula potensimu memasuki hati yang lebih dalam lagi di mana di sana bersamayam Nur Ilahi yang cintanya lebih sejati....

Jika engkau bisa mencintai manusia dengan ke dalaman 10 km menuju titik hati mu, maka engkau seharusnya bisa mencintai Tuhanmu lebih dalam dari itu. Cinta kepada manusia itu bisa dijadikan jalan tercepat menuju cinta Allah. Cinta yang dalam kepada manusia bisa kau jadikan jalan TOL menuju Allah SWT. Jangan sampai cintamu kepada makhluk mengalahkan cintamu kepada Zat yang Menciptakan Cinta dan Makhluk itu.



Ketika cinta itu hadir, maka lupakan stimulatornya, tapi kembalilah kepada Inspiratornya. Semakin dalam cinta itu, semakin menusuk cinta itu, maka semakin besar peluang Anda dekat dengan Tuhan. Caranya, bagikan saja cinta yang hadir itu kepada alam semesta. Jangan kau pendam sendiri di lubuk hatimu, karena cinta yang tak kau tebarkan akan menjadi penyakit dan mewujud cinta yang tak sejati, yaitu bisa menghalangi hadirnya cinta yang lebih sejati. Maka Bagikanlah cinta itu dengan penuh cinta kasih..

Bukankah karena engkau banyak berbagi maka cinta hadir dalam dirimu, kepada dirimu? itu sebabnya, Sungguh, seharusnya, Ketika semakin dalam cinta masuk ke relung hati mu..maka semakin banyak pula engkau bisa berbagi; berbagi cinta, ilmu, dan kasih sayang kepada manusia dan alam semesta....


Wallahu alam

KZ

Tips Sederhana

Cerdaskan fikiranmu dengan membersihkan hatimu

Senin, 12 Agustus 2013

Pernikahan Nini ..eh Dini..

Beberapa waktu yang lalu, ada sahabat lajang yang bertanya perihal ini, dan minta saya membahasnya. Padahal saya cukup yakin, yang bertanya sudah cukup paham tentang hal yang ditanyakannya. Jadi saya tidak membahasnya dari sisi yang sudah dipahaminya. Tapi dari sisi lain, yang mungkin bisa menambahkan keyakinannya untuk bergerak. Insya Allah.

Intinya, bagaimana jika Anda 
- Usia baru 20 tahun
- Belum punya penghasilan tetep
- Belum punya rumah
- Belum punya motor
- Masih kuliah
- Semester Tiga
- Kebelet nikah
- Mau pacaran malah nambah masalah
- Setiap hari terkenang
- Ibadah ingat dia bukan DIA
- Hidup selalu degdegan

Apa yang harus dilakukan? 

Saya akan bahas dengan pendekatan PE (Prinsip Energi). Salah satu Prinsip Energi adalah bahwa Energi itu selalu bergerak dan menuju sesuatu yang JELAS/difokuskan. 

Nah itu sebabnya, jika suatu KONDISI membuat Anda menjadi BERGERAK dengan TIDAK JELAS maka Anda harus membenahi kondisi tersebut. Sebab kalau Anda membiarkan ketidakjelasan dalam hidup Anda maka Anda sedang TIDAK BERSINERGI dengan SISTEM yang ada di SEMESTA. Artinya Anda akan SAKIT, MENDERITA, dan TIDAK BAHAGIA.

Hati yang SERING DEGDEGAN adalah salah satu bukti bahwa seseorang berada dalam kondisi yang tidak jelas, sehingga harus lekas-lekas memperjelas diri (menenangkan diri, menghilangkan degdegan-nya). Dan MENIKAH adalah salah satu usaha terbaik memperjelas apa yang Anda lakukan, dan akan menghadirkan ketenangan yang lebih sejati dalam kehidupan Anda. Tentu saja ketenangan yang hadir itu lebih sejati daripada Pacaran apalagi Berzina.

Atau, jika bener-bener belum mampu MENIKAH, dan Anda betul-betul yakin abis bahwa Anda belum Confident untuk menikah, maka Anda dianjurkan untuk berpuasa. Kenapa berpuasa?

Berpuasa adalah teknik mengosongkan “perut”, dimana perut adalah lambang dari hawa nafsu. Artinya berpuasa adalah teknik mengosongkan berbagai keinginan yang tidak perlu. 

Dan pun, dalam Prinsip Energi (PE) yang lainnya dinyatakan bahwa Energi mengalir ke tempat yang kosong. Maka ketika Anda mengosongkan diri Anda dari berbagai keinginan yang tidak perlu maka secara otomatis energi yang perlu akan hadir dalam kehidupan Anda. 

Dengan demikian, berpuasalah dengan IKHLAS, maka hasrat untuk “kesitu” akan berkurang. Karena itulah puasa dikatakan bisa menjadi BENTENG.

So, kalau kebelet nikah, nikah aja atau "untuk sementara" Puasa saja senikmat mungkin... yang penting ENERGI tetap mengalir dalam kehidupan Anda dalam kejelasan, ketenangan, dan keseimbangan yang menyemesta...

Wallahu alam
KZ

Sumber : http://cahaya-semesta.com/article/33888/pernikahan-nini-eh-dini.html

Menghafal al-Quran, Siapa Takut?

Jadikan motivasi satu-satunya menghafal al-Quran, yakni mendapatkan keridhaan-Nya. Bukan berorientasi pada ketenaran, popularitas

SALAH satu garansi langsung dari Allah Subhanahu Wata’ala adalah, al-Quran sangat mudah dibaca dan dihafalkan. Sehingga, tak ada alasan seseorang untuk mangkir dan berpaling dari belajar membaca al-Quran. Terlebih, berdalih susah lalu tidak menghafalnya. Ini sesuai dengan janji Allah dalam firman;

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?.” (QS: al-Qamar [54]: 17).

Sekarang, mari kita kalkulasikan bersama. Jika Anda menghafal satu hari satu ayat secara konsisten, Anda akan bisa rampung menghafalnya selama 17 tahun, tujuh bulan, dan sembilan hari.

Ini bila dengan asumsi jumlah ayat mengikuti pendapat mayoritas ulama Makkah yaitu lebih dari 6220 ayat. Perinciannya sebagai berikut: 17 x 360 hari = 6120 hari. Jumlah itu ditambah tujuh bulan sembilan hari. Totalnya 6339 hari.

Jika dua hari dua ayat, maka hafalan tersebut akan kelar selama delapan tahun, sembilan bulan, dan 18 hari. Jika proses itu dijalani, tak akan terasa.

Ketahuilah, para penghafal al-Quran, mengemban misi dan tugas yang mulia. Mereka akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat kelak. Secara tegas, Allah memuliakan para hafidz itu melalui lisan Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam.

Penghafal Kitab Suci itu, seperti dinukilkan Imam at Tirmidzi dalam riwayatnya, “akan berhias dengan mahkota kemuliaan.” Ini karena Sang Khaliq memberikan keridhaan pada yang bersangkutan. Kebaikannya pun akan bertambah, tiap kali melantunkan satu ayat.

Para penghafal al-Quran, seperti ditegaskan pula di hadis riwayat Ahmad, adalah ‘keluarga’ Allah di muka bumi. Keutamaan inilah, yang mendorong Rasul memuliakan para sahabat penghafal al-Quran.

Ketika perang Uhud meletus, tak sedikit sahabat yang gugur dalam pertarungan itu. Rasulullah selalu mendahulukan para penghafal al-Quran untuk dimakamkan lebih dulu.

“Manakah di antara mereka yang hafal Al-Quran?,” demikian jawaban Rasul atas pertanyaan Sahabat.

Semasa Rasul hidup, gairah menghafal al-Quran di kalangan Sahabat sangatlah tinggi. Tak terkecuali para pemuda. Ada sederet nama kawula muda ketika itu yang menghafal al-Quran seperti Amar bin Salamah, al-Barra’ bin ‘Azib, dan Zaid bin Haritsah.

Sahabat Zaid bin Tsabit yang berusia belia saat itu, bahkan masuk ke dalam daftar Sahabat pencatat wahyu. Di masa Khalifah Abu Bakar, Zaid dilibatkan pula proyek kodifikasi al-Quran.

Akan tetapi, terdapat poin penting yang mesti ditekankan para penghafal al-Quran. Mereka mesti mengikuti sejumlah aturan dan etika agar proses menghafal mendapatkan keberkahan dari-Nya. Syeikh Qahthan Birqadar, memaparkan sejumlah fondasi dasar yang harus diperkokoh para penghafal al-Quran.

Yang paling utama ialah meluruskan niat. Jadikan motivasi satu-satunya menghafal al-Quran, yakni mendapatkan keridhaan-Nya. Bukan berorientasi pada ketenaran, popularitas, yang berkelindan dengan melimpah ruahnya materi. “Niat duniawi tak akan berbuah manis,” tulisnya.

Lihatlah, kisah yang tertuang di hadis riwayat Muslim. Mereka yang belajar dan mengajarkan Kitab Samawi itu, harus menerima siksa lantaran tujuannya hanya ingin dielu-elukan manusia.

Kedua, Syeikh Qahthan mengingatkan, agar menyempurnakan proyek hafalan itu dengan praktik dan pengamalan al-Quran. Amalkan ajaran, nilai, dan etika yang terkandung di dalamnya. Jadilah hafidz (penghafal) yang pionir dan selalu terdepan soal akhlak dan moralitas.

Ketiga, tetap tawadhu dan tidak sombong di hadapan orang lain. Ingatlah, Al-Quran akan menjadi saksi kita kelak di akhirat. “Al-Quran adalah saksi atats kebaikan atau keburukanmu,”sabda Rasulullah di hadis Muslim.

Keempat, tetaplah konsisten mengulang-ulang hafalan (muraja’ah). Ini agar anugerah berupa hafalan yang diberikan Allah, tidak sirna begitu saja. Proses mengulang dan menjaga hafalan, justru lebih berat dibandingkan menghafal itu sendiri.

Sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim menyatakan hal itu. Rasul pernah menyerukan agar tetap menjaga hafalan al-Quran. “Memelihara hafalan lebih berat ketimbang mengikat seekor unta,”ujar Nabi.

Ada banyak media yang bisa dilakukan untuk proses muraja’ah. Mulai dari menjadi imam shalat, mendengarkan tilawah melalui mp3, saling bertukar bacaan, dan sebagainya. Tentu, ini akan lebih utama dan ditekankan dengan bimbingan guru yang berkompeten.*/